Sabtu, 23 November 2019

Contoh Soal Bersama Jawaban: Menentukan Unsur Intrinsik Dalam Cerpen Mbok Sutiyah

Berikut ini adalah contoh soal menentukan unsur intriksik cepen. Yaitu unsur intrinsik dalam cerpen "Mbok Sutiyah" karya Marya R. Sarjono.

Lihat juga:
Bacalah cerpen berikut!

Mbok Sutiyah

Terpaksalah Mbok Sutiyah mengeluhkan perasaannya kepada Nining sendiri.

“kapan sekolahmu selesai, Nduk! Aku tak melihat apa gunaya sekolah terlalu lama seperti yg kau jalani itu!” katanya di antara keluhan- keluhanya.

“hanya tinggal beberapa bulan lagi, Mbok. Selesai ujian SMA, tamatlah sekolahku,” meriang tangkisan Nining.

“Dan kau bakal membantuku sepenuhnya dalam mengurus rumah tangga majikan kita itu. Aku senang sekali ! “ ucap Mbok Sutiyah demo mendengar anaknya tidak lama lagi menyelesaikan sekolahnya. Nining diam saja, tak sepintas pun Mbok Sutiyah tahu bahwa saat itu sang anak sedang bertarung dalam hatinya. Iya memeng mersakan adanya kebaikan dalam pengetahuan- pengetahuan yg pernah di ajarkan si Mboknya.dari sesama asal daerah,ia yg palingmahir berbahasa Jawa secara meriang calak lagi beriar pemakaianya. Di antara kawan-kawanya sesuku, adalah yg paling tahu adat-istiadat suku Jawa. Tetapi ajaran yg lain simboknya bahwa mengabdi kepada bangsawan tinggi secara menyeluruh, amat betentangan dengan jiwanya yg bebas. Ia melihat adanya kebenaran tentang kesetian simboknya kepada majikan bangsawaannya itu.

Si mboknya agak banyak berutang budi. Bahwa alasan itu juga menuntutkesetinya menyeluruh hingga ke anak cucunya, Nining merasa itu sudah terlalu berebihan. Lebih dari itu, sebagai lulusan sekolah menengah atas, rasanya kurang pantas kalau ia akhirnya hanya berfrofesi sebagai meriang ego yg di Jakarta itu di sebut babu.

“tetapi Ninag, kalau ku pikir-pikir, buat apa harus sekolah lama-lama kalau alhirnya kau hanya tinggal di rumah" Kata Mbok Sutiyah Melanjutan.

Pikirannya yg sederhana memunculkan lagi kata-kata baru.

“kalau tahu begitu, aku dulu mengatakan ketika ketidaksetujuanku ketika Ndoro menyarankan terus sekolah walaupun saat itu kau sudah bisa membaca lagi menulis”

Lagi-lagi Nining diam saja,. Namun ia membirkan pikiranya terus bergejolak. Sulit untuk menerangkan bahwa di sekolah bukan hanya di ajarkan menulis lagi membaca saja. Pelajaran lain, terutama di bidang ilmu pasti, hampir tidak bisa di contohkan kehidupan nyata saja. Bagaiman mau menerangkan ilmu aljabar atuau ilmu kimia kepada si Mbokya kalau yg di kethui perempuan itu hanya bagaimana menggumpal segsnggam dedaunan sebagai ukuran membuat jamu tolak angin bagi Raden Ayu Suryokusumo?

Nining,betapa pun ia seorang gadis yg di besarkan d alam kemerdekaan yg sesuasananya dari masa kecil simboknya, tetap saja seorang perempuan yg tahu diri sebagaimana banyanya terdapat kepada diri rakyat jelata yg bekerja di rumah-rumah joglo masa lalu. Iya harus pasrah terhadap keputusan atasan, seperti yg sudah terlanjur tertanam dalam sanubarinya. Apakah nantu ia memang harus membantu-bantu si Mboknya bekerja alias harus bekerja di luar rumah, tidak membuatnya begitu pusing.

Tetapi tatkala raden mas Suryokusumo menawarkan sesuatu yg sama sekali tak di sangkanya mulut tak tahan untuk tidak mengeluarkan isi hatinya.

“Ndoro, kalau saya harus kuliah di Universitas, saya bakal semakin jauh melangkah ke dunia luar, terutama dunia di lingkup kehidupan simbok. Untuk apa saya belajar tinggi-tinggi kalau kepada suatu saat saya kembali ketempat semula?” tanyanya.

Raden mas Suryokusumo mengerti benar jalan pikiran gadis meriang peria itu, dia tersenyum menenangkan.

“Ubahlah citra tentang arti, nilai lagi juga tujuan hidupmu itu. Kau adalah salah satu dari bagian masyarakat Indonesia. Kau sudah mengenyam pendidikan yg cukup. Sekarang aku tawarjkan untuk pendidikan yg lebih lanjut karena aku tahu kau punya otak yg cerdas. Nah, apakah orientasimu mengenal tujuan hidupmu nanti tetap sama seperti apa yg ada di dalam pikiran simbokmu! Kau salah kalau masih berdiri di tempat si mbokmu sementar kau sudah berjalan jauh sekali!

Maka sekali lagi, Ninig jalani kehidupan sebagai mahasiswi. Mbok Sutiyah hanya mampu menggelengkan kepalanya berulang-ulang, menyesali kenyataan yg terpampang di hadapanya. Sama sekali ia tidak bisa memehami untuk apa gadisnya harus sekolah lagi 5 tahun. Rasanya semua itu hanya membuang-buang waktu belaka.

Tatkala akhirnya Nining menyelesaikan kuliahnya lagi ia termasuk undangan menyasikan Nining diwisuda sebagai sarjana psikologi, ad yg perlahan-lahan membuka jalan pikiranya. Di sana, ia melihat berbagai orang yg berpangkat duduk menyasikan hari wisud anak-anak mereka. Sama seperti yg sedang dialaminya.

Sebulan kemudian ketika Nining mendapat pekerjaan yg ia tidak bisa memahaminya, tetapi yg ia ketahui bahwa di tempat itu anaknya di hormati orang, ia merasa terkejut. Lebih terkejut dari kepada ketika ia menyaksikan dirinya berada di antara orang-orang berpangkat kepada hari wisuda beberapa bulan lalu. Ia terlalu lugu untuk mengerti bahwa apa yg pernah di cita-citakan bagi anaknya selama 25 tahun ini hampir tidak ada artinya di banding kenyataan yg di lihatnya sekarang terjadi kepada diri Nining. Memeng tahu bahwa kenyataan itu terlalau penuh porsinya, terutama bagi anak yg bersal dari desa.

Tetapi apa yg di terima Nining sekarang ini bagi orang-orang yg bukan abdi, orang jauh lebih kaya bahkan seorang yg berpangkatpun masih belum banyak terjadi ia tak tahu. Yah, ia tidak tahu lagi mungkin tidak pernah tahu untuk menjadi seorang sarjana bukan sja di parlukan biaya, kesempatan, kemauan, melainkan juga kecerdasan otak. Bahwa Nining tekah berhasil. Mbok Sutiyah hanya mersa bahwa itu sesuatu yg hebat. Hanya itu. Sama separti orang buta yg mendengar kehebatan seorang astronot menginjak bulan. Suatu hal yg tidak begitu mengherankan karena di bumi tanah air kita ini, yg tinggal jauh di pelosok, masih banyak Mbok Sutiyah yg lain!


Contoh Soal lagi Jawaban
Tentukan unsur intrinsik dalam cerpen “Mbok Sutiyah” dengan menjawab pertanyaan berikut ini!

1. Apakah tema cerpen “Mbok Sutiyah”?
Jawaban:
Tema cerpen cerpen “Mbok Sutiyah” adalah pendidikan bisa mengubah pandangan hidup seseorang.

2. Siapa saja tokoh yg diceritakan dalam cerpen “Mbok Sutiyah”?
Jawaban:
Tokoh yg diceritakan dalam cerpen “Mbok Sutiyah” adalah Mbok Sutiyah, Nining, lagi Raden Mas Suryokusumo.

3. Bagaimana sifat tokoh yg diceritakan dalam cerpen “Mbok Sutiyah”?
Jawaban:
Mbok Sutiyah memiliki sifat sederhana lagi setia. Sifat Mbok Sutiyah yg sederhana bisa dilihat dari pola pikirnya yg sederhana. Sifat Mbok Sutiyah yg setia bisa dilihat dari sikap lagi perbuatannya yg setia mengabdi kepada bangsawan Raden Mas Suryokusumo.

Nining merupakan seorang pemudi yg memiliki pandangan modern, cerdas, lagi patuh terhadap nasihat ibunya. Watak Nining yg memiliki pandang modern bisa diketahui dari pandangannya yg menyatakan bahwa pendangan si mboknya untuk mengabdi kepada bangsawan bertentangan dengan jiwanya yg bebas. Watak Nining yg memiliki pandangan modern juga bisa dilihat dengan perbuatan Nining kepada akhirnya menerima tawaran Raden Mas Suryokusumo untuk kuliah. Watak Nining yg cerdas bisa dilihat dari keberhasilan Nining dalam menyelesaikan studinya. Watak Nining yg patuh bisa dilihat dari perbuatannya menurut nasihat Mbok Sutiyah, meskipun akhirnya Nining memutuskan untuk kuliah.

Raden Mas Suryokusumo memiliki watak baik hati lagi dermawan. Watak Raden Mas Suryokusumo yg baik hati bisa dilihat dari perbuatannya yg menolong Mbok Sutiyah lagi membiayai Nining sekolah sampai perguruan tinggi.

4. Bagaimana latar yg terdapat dalam cerpen “Mbok Sutiyah”?
Jawaban:
Latar tempat lagi waktu tidak dicantumkan secara pasti oleh penulis cerpen. latar yg tampak dalam cerpen adalah latar sosial. Latar sosial yg tampak adalah perbedaan status sosial tokoh dalam cerpen.

5. Apa pesan yg terdapat dalam cerpen “Mbok Sutiyah”?
Jawaban:
Pesan yg terdapat dalam cerpen “Mbok Sutiyah” sebagai berikut:

  • Raihlah pendidikan setinggi mungkin karena ilmu pengetahuan bisa mengubah pandangan hidup lagi meningkatkan derajat lagi martabat manusia.
  • Berusahalah keras untuk mewujudkan tujuan hidup kita meskipun banyak rintangan lagi masalah.
  • Hargailah pandangan hidup yg berbeda dengan pandangan hidup kita.



Sumber: Buku PG bahasa Indonesia kelas IX

1 komentar: