Kamis, 19 Desember 2019

Unsur-Unsur Pembentuk Puisi

Puisi merupakan salah satu genre sastra yg banyak digemari. Lebih-lebih setelah lahirnya media online. Banyak sekali puisi-puisi yg bertebaran di dunia maya. baik lewat media sosial facebook, twitter, maupun blogger, bersama sebagainya.

Di media online, orang seperti berlomba-lomba menunjukkan taringnya dengan menulis. Ada yg menulis puisi, cerpen, cerbung, dsb. Ini merupakan salah satu sisi positif internet, orang bisa bebas berkreasi. 

Pada gilirannya, sastra yg merajalela di dunia maya tadi, kini disebut sebagai cybersastra atau sastra cyber, yaitu sastra turunan yg berevolusi melalui jejaring internet.

Tentu tidak semua orang bisa membuat puisi. Karena sejatinya puisi memiliki syarat-syarat khusus. Meskipun banyak di antara mereka yg pandai merangkai kata dalam bentuk kalimat-kalimat kenes, maka itu belum tentu termasuk puisi, yg walaupun sudah masuk pula ciri-ciri puisinya.
Baca Juga: Unsur-Unsur Cerpen
Berbicara soal puisi, kita pun perlu tau apa sih sebenarnya puisi itu. Maka, mari disimak pengertian puisi bersama unsur-unsur pembentuk puisi dengan sajian berikut ini.

Pengertian Puisi

Puisi adalah karangan yg terikat oleh (1) banyaknya baris dalam tiap barit (kuplet, stupa, suku karangan); (1) banyak kata dalam tiap baris: (3) banyak suku kata dalam tip baris; (4) rima; bersama (5) irama. (Wirjosoedarmo dalam Pradopo, 2012: 5).

Pada perkembangannya pengertian tersebut sudah tidak sesuai dengan wujud puisi zaman sekarang. Sehingga muncullah berbagai pengertian tentang puisi dalam versi baru. Seperti misalnya Sahnom Ahmad mengumpulkan definisi-definisi puisi yg dengan umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris. Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yg terindah dalam susunan terindah.Wordwort mempuny gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yg imajinatif, yaitu perasaan yg direkakan alias diangankan. Lalu Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yg bercampur baur, sedangkan Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkrit bersama artistik dalam bahasa emosional bersama berirama. (dalam Pradopo, 2012: 6).

Unsur-Unsur Pembentuk Puisi
Pusi dibentuk oleh dua unsur yaitu unsuk fisik bersama unsur batin.

A. Unsur fisik Puisi
Unsur fisik puisi terdiri atas:

1.    Diksi
Prof. Gory Keraf menyebut diksi sebagai pilihan kata. lalu beliau membuat tiga kesimpulan tentang diksi. Pertama, pilihan kata alias diksi mencakup pengetian kata-kata mana yg dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yg tepat alias menggunakan ungkapan-ungkapan yg tepat, bersama gaya mana yg paling baik digunakan di suatu situasi. Kedua, pilihan kata alias diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yg ingin disampaikan, bersama kemampuan untuk menemukan bentuk yg sesuai (cocok) dengan situasi bersama nilai rasa yg dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata yg tepat bersama sesuai hanya dimungkinkah oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata alias perbendaharaan kata bahasa itu. (Keraf, 2010: 24)

2.    Pengimajian
Citra alias Imaji (image) adalah gambaran angan-angan, gambaran pikiran, kesan mental alias bayangan visual bersama bahasa yg menggambarkannya. Sedangkan citraan (imagery) adalah cara membentuk kesan mental alias gambaran sesuatu. Sehingga pencitraan alias pengimajian adalah hal-hal yg berkaitan dengan citra ataupun citraan. (Jabrohim, 2003: 36)

Situr Situmorang membedakan citraan alias pengimajian menjadi:
a.    Citraan visual (pengelihatan);
b.    Citraan auditif (pendengaran);
c.    Citraan artikulatori (pengucapan)
d.    Citraan olfaktori (penciuman);
e.    Citraan gustatori (kecapan);
f.    Citraan taktual (perabaan/perasaan);
g.    Citraan kinaestetik “Kinaestetik” (gerak), dan
h.    Citraan organik.

3.    Kata konkret
Kata konkret adalah kata yg digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan alias suasana batin dengan maksud membangkitkan imaji pembaca. (dalam Jabrohim, dkk., 2003: 41)

Contoh: gadis kecil berkaleng kecil.
Lukisan tersebut lebih konkrit dibanding dengan: gadis peminta-minta.

4.    Bahasa figuratif
Bahasa figuratif (figurative language) oleh Waluyo disebut pula sebagai majas. Pradopo menyamakannya sebagai bahasa kiasan. Istilah lain di dalam bukunya Tarigan adalah gaya bahasa.

Dalam retorika gaya bahasa dikenal dengan style. Kata style diturunkan dari kata Latin Stilus, yaitu semacam alat untuk menulis dengan lempengan lilin (Keraf, 2010: 112).

Menurut Sudjiman bahasa figuratif adalah bahasa yg menggunakan kata-kata yg susunan bersama artinya sengaja disimpangkan dari susunan bersama artinya yg biasa dengan maksud mendapatkan kesegaran bersama kekuatan ekspresi.

Macam-macam bahasa figuratif
a.    Simile
Simile adalah jenis bahasa figuratif yg menyamakan satu hal dengan hal lain yg sesunggunya tidak sama. Simile ditandai dengan penggunaan kata-kata pembanding: bagai, sebagai, bak, seperti, seumpama, laksana, serupa, selaksa, dsb.
Contoh:
Engkau bagai pelita dalam gelap

b.    Metafora
Metafora adalah bentuk bahasa figuratif yg membandingkan sesuatu hal dengan hal lainya yg dengan dasarnya tidak serupa.

Metafora sama dengan perbandingan yg implisit jadi tanpa kata seperti alias sebagai bersama lainnya yg di antara dua hal yg berbeda (Moeliono dalam Tarigan : 15).

Contoh:
Orang itu buaya darat (asalnya: orang itu seperti buaya darat)
Pemuda bunga bangsa (asalnya : pemuda adalah seperti bunga bangsa)

c.    Personifikasi
Personifikasi alias penginsanan sama dengan jenis bahasa figuratif yg melekatkan sifat-sifat insani kepada benda yg tidak bernyawa bersama ide yg abstrak.
Contoh:
Angin yg meraung
Mentari mencubit wajahku


5.    Verifikasi
Verifikasi meliputi rima, irama bersama metrum
Ritma (irama) : turun naik, panjang pendek, keras lembut bunyi bahasa yg teratur.
Rima : bunyi akhir sajak
Metrum: irama yg tetap, terpola menurut pola tertentu.

6.    Tipografi
Tipografi alias disebut juga dengan tata wajah merupakan bentuk-bentuk susunan kata, frasa ataupun kalimat dengan puisi. Dengan kata lain tipografi adalah susunan baris puisi.

7.    Sarana Retorika
Sarana retorika adalah muslihat pikiran. muslihat pikiran itu berupa bahasa yg tersusun untuk mengajak pembaca berpikir. (Jabrohim, dkk., 2010: 57)

B. Unsur Batin Puisi
Menurut Waluyo struktur batin puisi mencakup tema, perasaan penyair, nada alias sikap penyair terhadap pembaca, bersama amanat.

Tema adalah sesuatu yg menjadi pikiran pengarang. Sesuatu yg menjadi pikiran tersebut dasar bagi puisi yg diciptakan oleh penyair.

Perasaan penyair, yaitu sesuatu yg dirasakan penyair ketika mencipta puisi. Seperti rasa iba, benci, sayang, syahdu, dll.

Nada adalah sikap penyair kepada pembaca. Misalnya menggurui, menasihati, mengejek, menyindir, dsb.

Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi, alias efek suasana yg ditimbulkan oleh puisi tersebut terhadap pembacanya.

Amanat berkaitan dengan hal yg mendorong penyair untuk menciptakan puisi. Jadi, setiap penciptaan puisi, ada pesan-pesan yg ingin disampaikan oleh pengarangnya.

Amanat berbeda dengan tema, dalam puisi teman berkaatan dendan arti, sedangkan amanat berkaitan dengan makna karya sastra.
 

Referensi:

Hasanuddin. 2012. Membaca bersama Menilai Sajak. Angkasa: Bandung
Jabrohim, Chairul Anwar, bersama Suminto A. Sayuti. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Keraf, Gorys. 2010. Diksi bersama Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka utama.
Prdopo, Rachmat Djoko. 2012. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Sadikin, Mustofa. 2010. Kumpulan Sasta Indonesia. Jakarta: Gudang Ilmu.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Ankasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar