Sabtu, 14 Desember 2019

Menulis Paragraf Deskripsi

Pengertian Deskripsi

Deskripsi adalah penggambaran, pelukisan, pemerian, ataupun pendeskripsian dengan kata-kata, suatu benda, tempat, suasana, ataupun keadaan.

Seorang penulis deskripsi mengharapkan pembacanya, melalui tulisan, becus ‘melihat’ apa yg dilihatnya, becus ‘mendengar’ apa yg didengarnya, becus ‘mencium’ apa yag diciumnya, becus ‘mencicipi’ apa yg dimakannya, becus ‘merasakan’ apa yg dirasakannya, sehingga sampai dengan ‘simpulan’ yg sama dengannya.

Dengan demikian deskripsi merupakan hasil observasi melalui pancaindra  yg disampaikan melalui bahasa (kata, frasa, kalimat).
Lihat Juga: Menulis Paragraf Narasi (Cerita)
Jenis-Jenis deskripsi

Secara garis besar, deskripsi dibagi menjadi dua bentuk:
1. Deskripsi ekspositori, yaitu deskripsi yg penyajiannya sangat logis, yg berupa daftar rincian secara lengkap, ataupun yg menurut penulisnya dianggap sebagai hal-hal yg penting, yg disusun menurut sistem lalu urutan-urutan logis objek yg diamati.

Setiap benda, setiap tempat, setiap suasana mempunyai logika urutan-urutan sendiri. Misalnya, asalkan Anda mau mendeskripsikan rangkaian kereta api, maka urutan-urutan logisnya, umumnya, pastilah dari depan, yakni lokomotifnya, lalu bergeser ke gerbong-gerbong yg mengekor lokomotif tersebut.

2. Deskripsi impressinonis ataupun deskripsi stimulatif adalah deskripsi yg menggambarkan impresi penulis dengan tujuan menstimulasi pembacanya. Deskripsi ini lebih menekankan dengan impresi ataupun kesan penulis ketika melakukan observasi terhadap suatu objek ataupun benda ataupun suasana tertentu.

Urutan-urutannya adalah subjektif. Misalnya, penulis becus mendeskripsikan hal-hal yg kurang jorok, berangsur-angsur ke hal-hal yg jorok, lalu diakhiri dengan bau. Dapat pula seorang penulis memulai tulisannya dari kesan yg paling kuat hingga yg tidak memiliki kesan sama sekali.

Perhatikan ilustrasi di bawah ini.
Realita
Contoh 1:
Bus kota di Jakarta banyak yg sudah reyot, kebersihannya pun tidak terpelihara. Di lantai bus banyak berserakan segala macam sampah lalu debu. Para penumpang selalu berjubel, lalu mereka biasanya meludah seenaknya di lantai bus. Ada pula banyak tukang copet di dalam bus, lalu mereka tidak pilih bulu. Lelaki, wanita, tua, muda, semua yg lengah pasti dicopet. Biasanya ada pula penjaja majalah, yg menawarkan majalah aneka warna, dengan harga murah, tetapi tenyata majalah yg mereka jual adalah tiga tahun yang  lalu.

Fakta
Contoh 2:
Ketika saya sedang menaiki bus kota kemarin, di pintu saya dihadang dua orang tukang copet. Mereka berpakaian parlente, salah-salah lihat seperti mahasiswa, karena membawa buku lalu map-map. Ketika saya melewati mereka, mereka mencoba meraba saku saya, tapi saya cukup waspada. Seorang wanita yg terangkat di belakang saya tiba-tiba menjerit kehilangan dompet. Kedua ‘mahasiswa’ itu segera turun lalu menghilang di antara kerumunan orang-orang di terminal.

Di lantai bus banyak berserakan sampah. Udara di dalam bus sangat berbahaya karena penumpangnya penuh sesak. Untung saya mendapat tempat duduk di dekat jendela, tetapi pengampu yg duduk di samping saya batuk-batuk, lalu meludahkan dahak seenaknya ke lantai bus.

Bus masih belum berangkat walaupun sudah penuh sesak. Melalui jendela bus ada orang yg menawarkan majalah aneka warna. Murah, cuma lima ratus rupiah. Orang tua yg batuk-batuk itu membeli sebuah. Ketika bus mulai bergerak, tiba-tiba pengampu itu memaki, “Sialan! Terbitan tiga tahun yg lalu!”


Sumber : Pendalaman Materi Bahasa Indonesia: Unram.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar