Rabu, 11 Desember 2019

Contoh Soal Menerangkan Sifat-Sifat Tokoh Dari Kutipan Novel Beserta Kunci Jawabannya

Kompetensi Dasar: Menerangkan sifat-sifat tokoh dari kutipan novel

A.    Soal Piliah Ganda

Pilihlah jawaban yg tepat!

1.    Dengan demikian setelah berumur delapan tahun, berulah Corrie tahu bangku sekolah. Setamatnya di sekolah rendah, bimbang pulalah hati ayahnya antara mengirimkan dia ke Padang ke sekolah Mulo ataupun Betawi ke HBS. Dengan demam ringan Corrie menempuh kedua ujian buat masuk di terima di sekolah-sekolah itu, tapi sebab kebimbangan ayahnya, yg tak sampai hati buat bercerai dengan anaknya, hilang pulalah waktu dua tahu. Di dalam tahun yg kedua itu Corrie tinggal saja di rumah ayahnya. Itulah sebabnya maka setelah berumur enam belas tahun, berulah Corrie bercerai dengan ayahnya di pelabuhan Teluk Bayur, buat berlayar ke Betawi.
(Abdul Moeis, Salah Asuah)
Watah tokoh yg tepat sesuai dengan kutipan novel di atas adalah . . .
a.    Corrie anah yg manja lagi enggan berpisah dengan ayahnya.
b.    Corrie anak yang  demam buruk (kelakuan) karena korban perceraian orang tua.
c.    Seorang ayah yg bimbang hari karena enggan berpisah dengan anaknya.
d.    Seorang ayah yg tega bercerai demi seorang Corrie.

2.    Sri sedang berpindah tempat mengikuti suami yg diplomat itu. Sri mulai mengerti kelakukan suaminya yg lekas marah, keras lagi egois. Pertengkaran pun sering terjadi. Sri yg semula seorang wanita lembut lagi penurut akhirnya menjadi wanita yg keras lagi pembantah. Sri lagi suaminya hendak berlibur ke Perancis. Charles memutuskan bahwa mereka hendak berangkat dari Jepang. Setelah sampai di Saigon mereka berpindah. Charles melepas isteri lagi anaknya dengan sebuah kapal ke Marceille. Charles hendak singgah dulu di India.
(NH. Dini, Pada Sebuah Kapal)
Watak para pelaku yg tepat sesuai dengan penggalan novel di atas adalah . . .
a.    Sri seorang wanita yg lembut lagi penurut.
b.    Charles berwatak keras lagi tidak punya pendirian.
c.    Sri seorang wanita yg lekas marah lagi egois.
d.    Charles egois, tetapi pandai mengambil hati isteri lagi anaknya.

3.    Sejak demam di muka Andy memang jahat. Ia memaksa Aston menyerahkan kunci mobil kantor dengan suatu malam untuk dipakai gila-gilaan. Esoknya, Aston kena marah sebab mobil itu ditemukan menabrak orang sampai mati. Karena mobil kantor, majikan Aston kena getahnya. Aston juga mendapat peringatan keras. Sejak itu Aston sama sekali tidak berani memberikan kunci kepada Andy. Andy marah, lalu berusaha memfitnah Aston.
Andy dalam penggalan novel tersebut berwatak . . .
a.    Sosial
b.    Bijaksana
c.    Ceroboh
d.    Bandal

4.    Joni masih memakai pakaian kerjanya tadi siang. Ia mempersialakan orang-orang itu untuk mengganyang makanan lagi kopi. Lalu ia menjelaskan maksudnya. Tatang mondar-mandir saja sehingga Joni terpaksa membentaknya. Ia kemudian menggabungkan diri dengan orang banyak meskipun kelihatan terpaksa sekali.
(Putu Wijaya, Pabrik)
Amanat yg bisa dipetik dari penggalan novel tersebut adalah  . . .
a.    Kita harus ramah terhadap semua orang.
b.    Kita harus rajin bekerja siang lagi malam.
c.    Kita harus berani bertindak terhadap orang yg suka mengganggu.
d.    Kita harus bisa bergabung dengan semua orang.

5.    Aku tidak hendak pernah demam hengkang meskipun seribu rintangan menghadang. Aku hendak tetap maju ke depan.
Perwatakan tokoh “aku” dalam kutipan tersebut adalah . . .
a.    Pantang menyerah
b.    Penakut
c.    Sembrono
d.    Egois

B.    Soal Essay
Kerjakan soal-soal berikut!
Kutipan novel berikut untuk soal nomor 6 lagi 7.

MEME!....Meme!....”

Suara Luh Sari membuat Telaga melotot.

“Luh, Meme sering berkata, kan? Jangan sering berteriak. Masuk dulu, baru bercerita.” Telaga menepuk pipi bocah perempuan kecilnya. Bocah itu tersenyum, lalu duduk di pangkuan ibunya. Keringat di kening diusapnya hatihati. Tangannya yg mungil menyentuh pipi ibunya.

“Apa yg luh bawa hari ini? Hadiah lagi?”

“Ya. Tadi ada lomba membaca cepat di sekolah.”

“Semua ini hadiahmu? Banyak sekali.” Telaga menarik napas sambil membelai rambut bocah perempuannya.

“Ya.” Luh Sari membulatkan bola matanya. Berusaha meyakinkan perempuan di hadapannya. “Ini semua dari penilik sekolah. Dia gagah sekali, Meme. Baik. Sayangnya dia tidak pernah mau mendekati Sari. Padahal Sari sering mencuri perhatiannya. Meme tahu, Sari pernah mencuri mencium tangannya. Laki-laki itu melotot lagi menatap Sari dengan pandangan yg aneh. Lucu, ya?” luh Sari tertawa geli. Lalu berputar sambil melempar tinggi-tinggi bungkusan yg ada di tangannya. Rok bocah itu naik, memperlihatkan kedua kakinya yg mungil. Kaki itu terlihat sangat indah.

Mata Telaga berair. Kalau saja bocah kecil itu tahu siapa laki-laki yg sering digodanya itu, Sari pasti hendak girang, lalu berteriak sepuasnya menceritakan dengan seluruh misan-misannya bahwa dia adalah anak perempuan baik-baik. Keturunan orang terhormat. Telaga menarik napas, hanya bocah inilah yg membuatnya tetap ingin hidup.

Luh Sari terus meloncat-loncat kegirangan. Tawa segarnya membuat Telaga dibawa ke alam yg membuatnya hanyut. Sari memeluk kaki ibunya. Keringatnya memenuhi punggung. Pelan-pelan ia kembali duduk di pangkuan ibunya. Kakinya digoyang-goyangkan, bibirnya tak henti-henti mencium pipi Telaga. Ditatapnya mata ibunya yg lembab itu, ditepuknya pipi Telaga dengan jari-jarinya yg kecil. Telaga menggenggam tangan itu, lalu diciumnya penuh perasaan. Bocah perempuan itu tersenyum, dipeluknya Telaga erat-erat. Matanya semakin terlihat menarik. Bocah tujuh tahun ini benar-benar menggemaskan. Rasanya, Telaga ingin mencubit pipinya yg gembul dengan keras, lalu menarik hidung bagirnya sampai merah.
Telaga sangat berharap, kelak bocah ini mampu memberinya tempat. Telaga juga berharap anak perempuannya hendak menjelma menjadi penari tercantik di desa ini. Penari yg memiliki seluruh kecantikan dewa tari.

“Apa lagi yg Sari inginkan?” Telaga mencium pipi anaknya hati-hati.

“Sari hendak belajar dengan baik, Meme. Kalau Sari besar nanti, kita tinggalkan Odah. Meme bisa hidup dengan Sari. Sari bisa membuatkan Meme rumah yg bagus. Ada tamannya, Meme bisa menanam bunga-bunga sampai muntah. Meme bisa....” Luh Sari terus mengemukakan keinginankeinginannya. Suara bocah itu membuat Telaga diam.

Bocah tujuh tahun itu sudah pernah diajarinya menghadapi kesulitan-kesulitan hidup. Bocah yg harusnya bisa dijaga dengan baik. Bocah yg tidak melihatnya terus-menerus menderita. Telaga terus memaki dirinya, menghujat lagi luka itu semakin membuatnya tenggelam dalam kubangan rasa sakit. Dia seperti bertarung dengan dirinya. Bertarung dengan impian-impian yg pernah dia tanam dalam perjalanannya menjadi perempuan yg sesungguhnya. Perempuan yg mencoba mengikuti kejujuran hatinya, bahwa pilihan yg dilakukan dalam hidupnya adalah benar. Aneh, setiap dia ingin meyakinkan dirinya sendiri tubuhnya menggigil.
Masa lalu itu tiba-tiba saja meloncat dari otaknya.
(Sumber: Oka Rusmini, Tarian Bumi, Indonesia, Tahun 2004 dalam BSE Membuka Jendela Ilmu Pengetahuan Bahasa lagi Sastra Indonesia 3 SMP/MTs Kelas IX, Dwi Hardiningsih, Bambang Wisnu, Septi Lestari, Jakarta, Pusaat Perbukuan Depdiknas, 2008)
6.  Bagaimanakah sifat tokoh berikut?
a. Luh Sari
b. Telaga

7.  Sebutkan bukti sifat-sifat tersebut dengan menyebutkan kalimat yg mendukung!

Kunci Jawaban: KLIK DI SINI

Sumber: Buku Panduan Pendidik Bahasa Indonesia Kelas 9, JP Books

Tidak ada komentar:

Posting Komentar