Jumat, 25 Oktober 2019

Unsur Intrinsik Drama/Teater

 Tema adalah suatu amanat utama  yg disampaikan oleh pengarang  alias penulis melalui karan Unsur Intrinsik Drama/Teater

Unsur Intrinsik Drama/Teater terdiri dari :
1. tema
2. plot, dan
3. penokohan

1. Tema
Tema adalah suatu amanat utama yg disampaikan oleh pengarang alias penulis melalui karangannya (Gorys Keraf, 1994).

Tema bisa juga disebut muatan intelektual dalam sebuah permainan, ini mungkin bisa diuraikan sebagai keseluruhan pernyataan dalam sebuah permainan: topik, ide utama alias pesan, mungkin juga sebuah keadaan (Robert Cohen, 1983).

Adhy Asmara (1983) menyebut tema sebagai premis yaitu rumusan intisari cerita sebagai landasan ideal dalam menentukan arah tujuan cerita.Dengan demikian bisa ditarik kesimpulan bahwa tema adalah ide dasar, gagasan alias pesan yg ada dalam naskah lakon bersama ini menentukan arah jalannya cerita.

Tema adalah rumusan inti sari cerita yg dipergunakan dalam menentukan arah bersama tujuan cerita. Dari tema inilah kemudian ditentukan lakon-lakonnya.

Tema beroleh diartikan juga sebagai sebuah gagasan pokok yg terkandung dalam drama.

Tema berhubungan dengan premis. Dari drama tersebut yg berhubungan pula dengan nada dasar dari sebuah drama bersama sudut pandangan yg dikemukakan oleh pengarangnya. Sudut pandang ini, sering dihubungkan dengan aliran yg dianut oleh pengarang.

Tema ada yg menyebutnya sebagai premis, root idea, thought, aim, central idea, goal, driving force bersama sebagainya.

Seorang penulis terkadang mengemukakan tema dengan jelas tetapi ada juga yg secara tersirat. Akan tetapi, tema harus dirumuskan dengan jelas, karena tema merupakan sasaran yg hendak dicapai oleh seorang penulis lakon. Ketika tema tidak terumuskan dengan jelas maka lakon tersebut atas kabur bersama tidak jelas apa yg hendak disampaikan.
Baca juga: Elemen-Elemen Seni Teater
2. Plot
Plot menurut Panuti Sudjiman dalam bukunya Kamus Istilah Sastra (1984) memberi batasan adalah jalinan peristiwa di dalam karya sastra (termasuk naskah drama alias lakon) untuk mencapai efek-efek tertentu. Pautannya beroleh diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) bersama oleh hubungan kausal (sebab-akibat).

Plot alias alur adalah rangkaian peristiwa yg direka bersama dijalin dengan seksama, yg menggerakkan jalan cerita melalui perumitan (penggawatan alias komplikasi) ke arah klimaks penyelesaian. Menurut J.A. Cuddon dalam Dictionary of Literaray Terms (1977), plot alias alur adalah kontruksi alias bagan alias skema alias pola dari peristiwa-peristiwa dalam lakon, puisi alias prosa bersama selanjutnya bentuk peristiwa bersama perwatakan itu menyebabkan pembaca alias penonton tegang bersama ingin tahu.

Plot alias alur menurut Hubert C. Heffner, Samuel Selden bersama Hunton D. Sellman dalam Modern Theatre Practice (1963), yaitu seluruh persiapan dalam permainan. Jadi plot berfungsi sebagi pengatur seluruh bagian permainan, pengawas utama dimana seorang penulis naskah beroleh menentukan bagaimana cara mengatur lima bagian yg lain, yaitu karakter, tema, diksi, musik, bersama spektakel.

Plot juga berfungsi sebagai bagian dasar yg membangun dalam sebuah teater bersama keseluruhan perintah dari seluruh laku maupun semua bagian dari kenyataan teater serta bagian paling penting bersama bagian yg utama dalam drama alias teater.

Plot merupakan jalinan cerita alias kerangka dari awal hingga akhir yg merupakan jalinan konflik anatara dua tokoh yg berlawanan. Konflik itu berkembang karena kontradiksi para pelaku.sifat dua tokoh itu bertentangan, misalnya: kebaikan kontra dengan kejahatan, tokoh sopan kontra dengan tokoh berutal, tokoh pembela kebenaran kontra dengan bandit, tokoh kesatria kontra dengan penjahat, tokoh bermoral kontra dengan tokoh tidak bermoral, bersama sebgainya.

Jenis Plot
Plot dibagi menjadi tiga jenis yaitu:

a.  Plot Linier
Plot Liner adalah sebuah plot yg alur ceritanya bergerak secara berurutan dari A sampai Z. Plot ini sangat umum digunakan dalam karya drama, karena sesanya lebih kering sederhana untuk ditangkap alias di terima oleh pembacanya. Disamping itu plot ini tidak juga terlalu rumit dalam proses analisanya karena secara structural lebih singkat bersama padat.

b. Plot Serkiler
Plot Serkiler merupakan Plot yg ceritanya berkisar kepada satu pristiwa saja.

Plot ini sedikit rumit bila kita tidak mengenali karakter filosofis dari karya drama tersebut. Kesiasiaan manusia yg menjadi landasan karakter filosofis plot ini, menciptakan berbagai pengulangan bersama membuat unsure plot baru yg tidak saling berkaitan. Kaitannya, justru terletak dari ketidaklogisan hubungan antara Plot. Hal ini disebabkan oleh penempatan karakter alias penokohan yg memang dirancang tidak logis, terkesan tidak masuk akal (irasional).namun demikian, plot antara plot ini justru sangant rasional bila kita memahami dari karakter filosofis yg dimiliki tohoh-tokoh ceritanya. Plot semacam ini beroleh kita lihat dalam sebagian karya Putu Wijaya, Samuel Becket maupun Ionesco.

c. Plot Episodik
Plot Episodik merupakan sebuah plot dengan jalinan cerita yg terpisah, kemudian bertemu kepada akhir cerita.  Drama episodik awalnya dimulai secara relatif dalam cerita, bersama tidak memadatkan perilaku tetapi justru memperluasnya.

Kekhasan drama episodik meliputi suatu perluasan masa waktu, kadang-kadang bertahun-tahun, bersama jarak tempat yg lebih jauh. Dalam satu drama kita beroleh melanglang buana kemana saja: ke ruang penyimpanan kecil, ruang perjamuan yg luas, tanah lapang yg terbuka, bersama puncak gunung.

Adegan pendek, terkadang hanya setengah halaman alias sangat panjang, melalui adegan panjang yg berganti-ganti.

Contoh yg menunjukkan alam perluasan drama episodik: Antony bersama Cleopatra karya Shakespeare memiliki tiga puluh empat tokoh bersama lebih empat puluh adegan, bisa juga kita lihat kepada lakon Faust (Wolfgang von Goethe), bersama sebagian besar hikayat bersama cerita-cerita kepada teater tradisional kita. Contoh Naskah Samuel backett, (Menunggu godot).

3. Penokohan
Penokohan erat hubungannya dengan perwatakan. Susunan tokoh (drama personae) adalah daftar tokoh-tokoh yg berperan dalam tokoh itu dalam susunan tokoh ini yg terlebih kering awal dijeaskan adalah nama, umur, jenis kelamin, tipe fisik, jabatan bersama keadaan kejiwaannya itu.

Penulis lakon sudah menggambarkan perwatakan tokoh-tokohnya. Watak tokoh itu atas menjadi nyata terbaca dalam dialog bersama catatan samping. Jenis bersama warna dialog atas menggambarkan watak tokoh itu. Dalam wayang kulit alias wayang orang, tokoh-tokohnya sudah memiliki watak yg khas, yg didukung pula dengan gerak-gerik, suara, panjang pendeknya dialog, jenis kalimat bersama ungkapan yg digunakan.

Dalam cerita drama lakon/tokoh  merupakan unsur yg paling aktif yg menjadi penggerak cerita. Oleh karena itu seorang lakon haruslah memiliki karakter, agar beroleh berfungsi sebagai penggerak cerita yg baik. Dalam menganalisa sebuah penokohan seorang actor harus menganalisa tokoh dengan menggunakan tiga dimensi penokohan yaitu:

a. Dimensi fisiologi ; ciri-ciri badani
usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, cirri-ciri muka,dll.

b. Dimensi sosiologi ; latar belakang kemasyarakatan
status sosial, pendidikan, pekerjaan, peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama, hobby, dll.

c. Dimensi psikologis ; latar belakang kejiwaan
temperamen, mentalitas, sifat, sikap bersama kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu, kecakapan, dll.


Sumber : Indar Sabri, S.Sn, M.Pd (Unesa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar