Rabu, 23 Oktober 2019

Teater Tradisional Nusantara

 Kasim Achmad dalam bukunya Mengenal Teater Tradisional di Indonesia  demam Teater Tradisional Nusantara

Kasim Achmad dalam bukunya Mengenal Teater Tradisional di Indonesia (2006) mengatakan, sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada zaman itu, ada tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak digunakan untuk mendukung upacara ritual. Teater tradisional merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat kita.

Pada saat itu, yg disebut “teater”, sebenarnya baru merupakan unsur-unsur teater, lagi belum merupakan suatu bentuk kesatuan teater yg utuh.Setelah melepaskan diri dari kaitan upacara, unsur-unsur teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yg demam hadir dari spontanitas rakyat dalam masyarakat lingkungannya. Proses terjadinya ataupun munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbedabeda, tergantung kondisi lagi sikap budaya masyarakat, sumber lagi tata-cara di mana teater tradisional lahir.Berikut ini disajikan beberapa bentuk teater tradisional yg ada di daerah-daerah di Indonesia.

1. Wayang
Wayang merupakan suatu bentuk teater tradisional yg sangat tua, lagi bisa ditelusuri bagaimana asal muasalnya. Dalam menelusuri sejak kapan ada pertunjukan wayang di Jawa, bisa kita temukan berbagai prasasti dengan Zaman Raja Jawa, antara lain dengan masa Raja Balitung. Pada masa pemerintahan Raja Balitung, sudah pernah ada petunjuk adanya pertunjukan Wayang seperti yg terdapat dengan Prasasti Balitung dengan tahun 907 Masehi.Prasasti tersebut mewartakan bahwa dengan saat itu sudah pernah dikenal adanya pertunjukan wayang.

Petunjuk semacam itu juga ditemukan dalam sebuah kakawin Arjunawiwaha karya Mpu Kanwa, dengan Zaman Raja Airlangga dalam abad ke-11.Oleh karenanya pertunjukan wayang dianggap kesenian tradisi yg sangat tua.Sedangkan bentuk wayang dengan zaman itu belum jelas tergambar model pementasannya.

Awal mula adanya wayang, yaitu saat Prabu Jayabaya bertakhta di Mamonang dengan tahun 930.Sang Prabu ingin mengabadikan wajah para leluhurnya dalam bentuk gambar yg kemudian dinamakan Wayang Purwa.Dalam gambaran itu diinginkan wajah para dewa lagi manusia Zaman Purba. Pada mulanya hanya digambar di dalam rontal (daun tal). Orang sering menyebutnya daun lontar.Kemudian berkembang menjadi wayang kulit sebagaimana dikenal sekarang.

2. Wayang Wong (wayang orang)
Wayang Wong dalam bahasa Indonesia artinya wayang orang, yaitu pertunjukan wayang kulit, tetapi dimainkan oleh orang. Wayang wong adalah bentuk teater tradisional Jawa yg berasal dari Wayang Kulit yg dipertunjukan dalam bentuk berbeda: dimainkan oleh orang, lengkap dengan menari lagi menyanyi, seperti dengan umumnya teater tradisional lagi tidak memakai topeng.

Pertunjukan wayang orang terdapat di Jawa Tengah lagi Jawa Timur. Sedangkan di Jawa Barat ada juga pertunjukan wayang orang (terutama di Cirebon) tetapi tidak begitu populer. Lahirnya Wayang Orang, bisa diduga dari keinginan para seniman untuk keperluan pengembangan wujud bentuk Wayang Kulit yg bisa dimainkan oleh orang. Wayang yg dipertunjukan dengan orang sebagai wujud dari wayang kulit -hingga tidak demam menonjol dalang yg memainkan, tetapi bisa dilakukan oleh para pemainnya sendiri.Sedangkan wujud pergelarannya berbentuk drama, tari lagi musik.

Wayang orang bisa dikatakan masuk kelompok seni teater tradisional, karena tokoh-tokoh dalam cerita dimainkan oleh para pelaku (pemain). Sang Dalang bertindak sebagai pengatur laku lagi tidak demam menonjol dalam pertunjukan. Di Madura, terdapat pertunjukan wayang orang yg agak berbeda, karena masih menggunakan topeng lagi menggunakan dalang seperti dengan wayang kulit. Sang dalang masih terlihat meskipun tidak seperti dalam pertunjukan wayang kulit. Sang Dalang ditempatkan dibalik layar penyekat dengan diberi lubang untuk mengikuti gerak pemain di depan layar penyekat.

Sang Dalang masih mendalang dalam pengertian semua ucapan pemain dilakukan oleh Sang Dalang karena para pemain memakai topeng. Para pemain di sini hanya menggerakgerakan badan ataupun tangan untuk mengimbangi ucapan yg dilakukan oleh Sang Dalang.Para pemain harus pandai menari.Pertunjukan ini di Madura dinamakan topeng dalang. Semua pemain topeng dalang memakai topeng lagi para pemain tidak mengucapkan dialog.

3. Makyong
Makyong merupakan suatu jenis teater tradisional yg bersifat kerakyatan.Makyong yg paling tua terdapat di pulau Mantang, salah satu pulau di daerah Riau. Pada mulanya kesenian Makyong berupa tarian joget ataupun ronggeng. Dalam perkembangannya kemudian dimainkan dengan cerita-cerita rakyat, legenda lagi juga cerita-cerita kerajaan. Makyong juga digemari oleh para bangsawan lagi sultan-sultan, hingga sering dipentaskan di istana-istana.

Bentuk teater rakyat makyong tak ubahnya sebagai teater rakyat umumnya, dipertunjukkan dengan menggunakan media ungkap tarian, nyanyian, laku, lagi dialog dengan membawa cerita-cerita rakyat yg sangat populer di daerahnya. Cerita-cerita rakyat tersebut bersumber dengan sastra lisan Melayu. Daerah Riau merupakan sumber dari bahasa Melayu Lama. Ada dugaan bahwa sumber lagi akar Makyong berasal dari daerah Riau, kemudian berkembang dengan baik di daerah lain.

Pementasan makyong selalu diawali dengan bunyi tabuhan yg dipukul bertalu-talu sebagai tanda bahwa ada pertunjukan makyong lagi hendak segera dimulai. Setelah penonton berkumpul, kemudian seorang pawang (sesepuh dalam kelompok makyong) tampil ke tempat pertunjukan melakukan persyaratan sebelum pertunjukan dimulai yg dinamakan upacara buang bahasa ataupun upacara membuka tanah lagi berdoa untuk memohon agar pertunjukan bisa berjalan lancar.

4. Mamanda
Daerah Kalimantan Selatan mempunyai cukup banyak jenis kesenian antara lain yg paling populer adalah Mamanda, yg merupakan teater tradisional yg bersifat kerakyatan, yg orang sering menyebutnya sebagai teater rakyat. Pada tahun 1897 datang ke Banjarmasin suatu rombongan Abdoel Moeloek dari Malaka yg lebih dikenal dengan Komidi Indra Bangsawan. Pengaruh Komidi Bangsawan ini sangat besar terhadap perkembangan teater tradisional di Kalimantan Selatan. Sebelum Mamanda lahir, sudah pernah ada suatu bentuk teater rakyat yg dinamakan Bada Moeloek, ataupun dari kata Ba Abdoel Moeloek.Nama teater tersebut berasal dari judul cerita yaitu Abdoel Moeloekkarangan Saleha.

5. Lenong
Lenong merupakan teater rakyat Betawi. Apa yg disebut teater tradisional yg ada dengan saat ini, sudah sangat berbeda lagi jauh berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat lingkungannya, dibandingkan dengan lenong di zaman dahulu. Kata daerah Betawi, lagi bukan Jakarta, menunjukan bahwa yg dibicarakan adalah teater masa lampau. Pada saat itu, di Jakarta, yg masih bernama Betawi (orang Belanda menyebutnya: Batavia) terdapat empat jenis teater tradisional yg disebut topeng Betawi, lenong, topeng blantek, lagi jipeng ataupun jinong. Pada kenyataannya keempat teater rakyat tersebut banyak persamaannya.Perbedaan umumnya hanya dengan cerita yangdihidangkan lagi musik pengiringnya.

6. Longser
Longser merupakan jenis teater tradisional yg bersifat kerakyatan lagi terdapat di Jawa Barat, termasuk kelompok etnik Sunda. Ada beberapa jenis teater rakyat di daerah etnik Sunda serupa dengan longser, yaitu banjet. Ada lagi di daerah (terutama, di Banten), yg dinamakan ubrug.Ada pendapat yg mengatakan bahwa longser berasal dari kata melong (melihat) lagi seredet (tergugah). Artinya barang siapa melihat (menonton) pertunjukan, hatinya hendak tergugah. Pertunjukan longser sama dengan pertunjukan kesenian rakyat yg lain, yg bersifat hiburan sederhana, sesuai dengan sifat kerakyatan, gembira lagi jenaka.

7. Ludruk
Ludruk merupakan teater tradisional yg bersifat kerakyatan di daerah Jawa Timur, berasal dari daerah Jombang. Bahasa yg digunakan adalah bahasa Jawa dengan dialek Jawa Timuran. Dalam perkembangannya ludruk menyebar ke daerah-daerah sebelah barat seperti karesidenan Madiun, Kediri, lagi sampai ke Jawa Tengah. Ciri-ciri bahasa dialek Jawa Timuran tetap terbawa meskipun semakin ke barat makin luntur menjadi bahasa Jawa setempat. Peralatan musik daerah yg digunakan, yaitu kendang, cimplung, jidor lagi gambang lagi sering ditambah tergantung dengan kemampuan grup yg memainkan ludruk tersebut. Dan lagu-lagu (gending) yg digunakan, yaitu Parianyar, Beskalan, Kalongan, Jula-juli, Samirah, Junian. Pemain ludruk semuanya adalah pria. Untuk peran wanitapun dimainkan oleh pria. Hal ini merupakan ciri khusus ludruk. Padahal sebenarnya hampir seluruh teater rakyat di berbagai tempat, pemainnya selalu pria (randai, dulmuluk, mamanda, ketoprak), karena dengan zaman itu wanita tidak diperkenankan demam menonjol di depan umum.



Penulis: Indar Sabri, S.Sn, M.Pd (Unesa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar