Jumat, 25 Oktober 2019

Penjelasan Tentang Seni Teater Bersama Drama


Penjelasan Tentang Seni Teater bersama Drama
Perkataan ”drama” berasal dari bahasa yunani ”draomai” yg berarti: berbuat berlaku, bertindak alias beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan alias beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan alias action bersama “drame” yg berasal dari kata Perancis yg diambil oleh Diderot bersama Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yg lebih ketat berarti lakon serius yg menggarap satu masalah yg punya arti penting tapi tidak bertujuan mengagungkan tragika.

Baca juga:
Elemen-Elemen Seni Teater
Kata “drama” juga dianggap sudah pernah ada sejak era Mesir Kuno (4000-1580 SM), sebelum era Yunani Kuno (800-277 SM). Hubungan kata “teater” bersama “drama” bersandingan sedemikian erat seiring dengan perlakuan terhadap teater yg mempergunakan drama lebih identik sebagai teks alias naskah alias lakon alias karya sastra (Bakdi Soemanto, 2001).

Namun, Drama selalu dikaitkan dengan kata Teater berasal dari kata Yunani, “theatron” (bahasa Inggris, Seeing Place) yg artinya tempat alias gedung pertunjukan. Dalam perkembangannya, dalam pengertian lebih luas kata teater diartikan sebagai segala hal yg dipertunjukkan di depan orang banyak. Dengan demikian, dalam rumusan sederhana teater adalah pertunjukan, misalnya  ketoprak, ludruk, wayang, wayang wong, sintren, janger, mamanda, dagelan, sulap, akrobat, bersama lain sebagainya.

Teater boleh dikatakan sebagai manifestasi dari aktivitas naluriah, seperti misalnya, anak-anak bermain sebagai ayah bersama ibu, bermain perang-perangan, bersama lain sebagainya. Selain itu, teater merupakan manifestasi pembentukan strata sosial kemanusiaan yg berhubungan dengan masalah ritual. Misalnya, upacara adat maupun upacara kenegaraan, keduanya memiliki unsur-unsur teatrikal bersama bermakna filosofis.

Berdasarkan paparan di atas, kemungkinan perluasan definisi teater itu bisa terjadi. Tetapi batasan tentang teater boleh dilihat dari sudut pandang sebagai berikut: “tidak ada teater tanpa aktor, baik berwujud riil manusia maupun boneka, terungkap di layar maupun pertunjukan langsung yg dihadiri penonton, serta laku di dalamnya merupakan realitas fiktif”, (Harymawan, 1993). Dengan demikian teater adalah pertunjukan lakon yg dimainkan di atas pentas bersama disaksikan oleh penonton.

Dari penjelasan di atas boleh disimpulkan bahwa istilah “teater” berkaitan langsung dengan pertunjukan, sedangkan “drama” berkaitan dengan lakon alias naskah cerita yg atas dipentaskan. Jadi, teater adalah visualisasi dari drama alias drama yg dipentaskan di atas panggung bersama disaksikan oleh penonton. Jika “drama” adalah lakon bersama “teater” adalah pertunjukan maka “drama” merupakan bagian alias salah satu unsur dari “teater”. Dengan kata lain, secara khusus teater mengacu kepada aktivitas melakukan kegiatan dalam seni pertunjukan (to act) sehingga tindaktanduk pemain di atas pentas disebut acting.

Istilah acting diambil dari kata Yunani “dran” yg berarti, berbuat, berlaku, alias beraksi. Karena aktivitas beraksi ini maka para pemain pria dalam teater disebut actor bersama pemain wanita disebut actress (Harymawan, 1993).

Di Indonesia, dengan tahun 1920-an, belum kemarau mengembol istilah teater. Yang ada adalah sandiwara alias tonil (dari bahasa Belanda: Het Toneel). Istilah Sandiwara konon dikemukakan oleh Sri Paduka Mangkunegoro VII dari Surakarta. Kata sandiwara berasal dari bahasa Jawa “sandi” berarti “rahasia”, bersama “wara” alias “warah” yg berarti, “pengajaran”.

Menurut Ki Hajar Dewantara “sandiwara” berarti “pengajaran yg dilakukan dengan perlambang” (Harymawan, 1993). Rombongan teater dengan masa itu menggunakan nama Sandiwara, sedangkan cerita yg disajikan dinamakan drama. Sampai dengan Zaman Jepang bersama permulaan Zaman Kemerdekaan, istilah sandiwara masih sangat populer.Istilah teater bagi masyarakat Indonesia baru dikenal setelah Zaman Kemerdekaan (Kasim Achmad, 2006).

Dalam kehidupan sekarang, drama mengandung arti yg lebih luas ditinjau dari apakah drama salah satu genre sastra, ataukah drama itu sebagai cabang kesenian yg mandiri.

Drama naskah merupakan salah satu genre sastra yg disejajarkan dengan puisi bersama prosa. Drama pentas adalah jenis kesenian mandiri, yg merupakan integrasi antara berbagai jenis kesenian seperti musik, tata lampu, kesenian lukis alias dekor, panggung, seni kostum seni rias bersama sebagainya.Jika kita bicarakan dram pentas sebagai kesenian mandiri, maka ingatan kita boleh kita layangkan dengan wayang, ketoprak, ludruk, lenong bersama film. Dalam kesenian tersebut, naskah drama di ramu dengan berbagai unsur untuk membentukkelengkapan.

Terminologi istilah drama biasanya di dasarkan dengan wilayah pembicaraan, apaakah yg dimaksud drama naskah alias drama pentas. Drama naskah boleh diberi batasan sebagai salah satu jenis karya sastra yg ditulis dalam bentuk dialog yg didasarkan atas konflik batin bersama mempunyai kemungkinan di pentaskan. Moulton memberikan definisi drama (pentas) sebagai hidup manusia yg dilukiskan dengan action.Hidup manusia yg dilukiskan dengan action itu lebih kemarau lepas dituliskan maka drama baik naskah maupun pentas berhubungan bahasa bersama sastra.

Keterikatan antara teater bersama drama sangat kuat. Teater tidak mungkin dipentaskan tanpa lakon (drama).Oleh karena itu pula dramaturgi menjadi bagian penting dari seni teater.

Dramaturgi berasal dari bahasa Inggris dramaturgy yg berarti seni alias tekhnik penulisan drama bersama penyajiannya dalam bentuk teater. Berdasar pengertian ini, maka dramaturgi membahas proses penciptaan teater mulai dari penulisan naskah hingga pementasannya. Harymawan (1993) menyebutkan tahapan dasar untuk mempelajari dramaturgi yg disebut dengan formula dramaturgi. Formula ini disebut dengan fromula 4 M yg terdiri dari, menghayalkan, menuliskan, memainkan, bersama menyaksikan.

M1 alias menghayal, boleh dilakukan oleh seseorang alias sekelompok orang karena menemukan sesuatu gagasan yg merangsang daya cipta. Gagasan itu timbul karena perhatian ditujukan dengan suatu persitiwa baik yg disaksikan, didengar maupun dibaca dari literatur tertentu.Bisa juga gagasan itu timbul karena perhatian ditujukan dengan kehidupan seseorang. Gagasan alias daya cipta tersebut kemudian diwujudkan ke dalam besaran cerita yg dengan akhirnya berkembang menjadi sebuah lakon untuk dipentaskan.

M2 alias menulis, adalah proses seleksi alias pemilihan situasi yg harus dihidupkan begi keseluruhan lakon oleh pengarang. Dalam sebuah lakon, situasi merupakan kunci aksi. Setelah menemukan kunci  aksi ini, pengarang mulai mengatur bersama menyusun kembali situasi bersama peristiwa menjadi pola lakon tertentu. Di sini seorang pengarang memiliki kisah untuk diceritakan, kesan untuk digambarkan, suasana hati para tokoh untuk diciptakan, bersama semua unsur pembentuk lakon untuk dikomunikasikan.

M3 alias memainkan, merupakan proses para aktor memainkan kisah lakon di atas pentas. Tugas aktor dalam hal ini adalah mengkomunikasikan ide serta gagasan pengarang secara hidup kepada penonton. Proses ini melibatkan banyak orang yaitu, sutradara sebagai penafsir pertama ide bersama gagasan pengarang, aktor sebagai komunitakor, penata artsitik sebagai orang yg mewujudkan ide bersama gagasan secara visual serta penonton sebagai komunikan.

M4 alias menyaksikan, merupakan proses penerimaan bersama penyerapan informasi alias pesan yg disajikan oleh para pemain di atas pentas oleh para penonton. Pementasan teater boleh dikatakan berhasil lamun pesan yg hendak disampaikan boleh diterima dengan baik oleh penonton.Penonton pergi menyaksikan pertunjukan dengan maksud pertama untuk memperoleh kepuasan atas kebutuhan bersama keinginannya terhadap tontonan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar